Hari ke hari semakin tersakiti.
Negeri tercinta smakin terluka.
Terlihat jelas, kerut di dahi.
Terlihat jelas, tangisan Ibu Pertiwi.
Hutan ku digunduli dan Kota ku semakin tak terkendali.
Kebutuhan melambung tinggi, tapi korupsi masih terus terjadi.
Tak tau malu menjadi budaya yang eksis di negeri ini.
Hati nurani, dimana kau sembunyi.
Negeri tercinta menutup muka.
Tak terlihat lagi, ramah negeriku.
Tak terlihat lagi, damainya Ibu Pertiwi.
Dulu kita berjuang bersama mengusir tikus-tikus putih dari bumi pertiwi, dan dulu kala kita berjuang bersama-sama membebaskan negeri ini dari tangan tikus-tikus yang lain. Tapi sekarang...?? Kami berjuang untuk mengisi perut kami yang kosong, sedangkan kalian berjuang menampung perut kalian yang telah kenyang. Tidakkah kalian ingat, kamilah yang membawa kalian duduk disana. Dan tidakkah kalian merasa, keringat kamilah yang kalian jilati. Sesuatu telah berubah di negeri ini, kami yang terpinggirkan adalah kaum penurut yang mungkin sebentar lagi akan membakar kalian hidup-hidup. Kalian tak akan pernah tau kemarahan kami, karena kalian sibuk mengatur barisan-barisan harta kalian yang menggunung. Kami tak pernah ingin kalian menjadi miskin, kami juga tak menginginkan kalian sengsara. Yang kami inginkan adalah keadilan dan kemakmuran bagi rakyat.
Kalian bangga dengan kebusukan, kalian bangga telah menjadi seorang bangsat ditengah-tengah kami. Menerkam kami dalam kemelaratan dan menimbun kami dalam kemiskinan. Wahai para bangsat karuptor, tunggulah saat kami akan menunjuk hidung kalian dengan tulang belulang kesedihan yang sebenarnya telah kalian gali pada saat ini. Tak akan ada lagi belas kasihan kami atas orang-orang seperti kalian, dan tak akan ada lagi yang akan mengangkat bahkan menyeret kelain keluar dari keanarkian kami.
Negeri tercinta smakin terluka.
Terlihat jelas, kerut di dahi.
Terlihat jelas, tangisan Ibu Pertiwi.
Hutan ku digunduli dan Kota ku semakin tak terkendali.
Kebutuhan melambung tinggi, tapi korupsi masih terus terjadi.
Tak tau malu menjadi budaya yang eksis di negeri ini.
Hati nurani, dimana kau sembunyi.
Negeri tercinta menutup muka.
Tak terlihat lagi, ramah negeriku.
Tak terlihat lagi, damainya Ibu Pertiwi.
Dulu kita berjuang bersama mengusir tikus-tikus putih dari bumi pertiwi, dan dulu kala kita berjuang bersama-sama membebaskan negeri ini dari tangan tikus-tikus yang lain. Tapi sekarang...?? Kami berjuang untuk mengisi perut kami yang kosong, sedangkan kalian berjuang menampung perut kalian yang telah kenyang. Tidakkah kalian ingat, kamilah yang membawa kalian duduk disana. Dan tidakkah kalian merasa, keringat kamilah yang kalian jilati. Sesuatu telah berubah di negeri ini, kami yang terpinggirkan adalah kaum penurut yang mungkin sebentar lagi akan membakar kalian hidup-hidup. Kalian tak akan pernah tau kemarahan kami, karena kalian sibuk mengatur barisan-barisan harta kalian yang menggunung. Kami tak pernah ingin kalian menjadi miskin, kami juga tak menginginkan kalian sengsara. Yang kami inginkan adalah keadilan dan kemakmuran bagi rakyat.
Kalian bangga dengan kebusukan, kalian bangga telah menjadi seorang bangsat ditengah-tengah kami. Menerkam kami dalam kemelaratan dan menimbun kami dalam kemiskinan. Wahai para bangsat karuptor, tunggulah saat kami akan menunjuk hidung kalian dengan tulang belulang kesedihan yang sebenarnya telah kalian gali pada saat ini. Tak akan ada lagi belas kasihan kami atas orang-orang seperti kalian, dan tak akan ada lagi yang akan mengangkat bahkan menyeret kelain keluar dari keanarkian kami.

0 komentar:
Post a Comment