Salam, Ngek, Gubrak!!! - Rabu 8
November 1939, Hitler masuk ke Burgerbraukeller disambut dengan gegap gempita
oleh teriakan “Sigh Heil” berulang kali. Ketika baru 57 menit berpidato, Hitler
mengakhiri ucapannya dan berjalan meninggalkan aula itu. Lalu konvoi kendaraan
membawanya ke stasiun kereta. Kemudian 8 menit setelah itu terdengar sebuah
ledakan dahsyat dari arah Burgerbraukeller, 6 orang tewas seketika dan 2
lainnya tewas beberapa jam kemudian serta 65 orang lainnya terkapar luka parah.
Namun itu tak berarti apa-apa, kerena sang target yang tak lain adalah Hitler
telah meninggalkan tempat itu 8 menit yang lalu.
Tepat
setahun yang lalu ditahun 1938, seorang pandai kayu dan pembuat jam dari Swiss,
Georg Elser mendatangi Burgerbraukeller dimana ketika itu Hitler biasa
mengadakan pidato disana guna memperingati gagalnya upaya Hitler untuk
menggulingkan pemerintahan Republik Weimar. Ketika itu Hitler berpidato panjang
lebar penuh semangat selama 90 menit dalam memperingati dan penghormatan kepada
pendukung Hitler yang tewas pada aksi tahun 1923 itu. Georg Elser bukanlah
salah satu dari pendukung Hitler, dia datang untuk mencatat waktu kedatangan
Hitler, berapa lama ia berpidato dan posisi berdiri sang diktator dipodium.
Elser adalah seorang buruh biasa di Jerman yang bertekad membunuh Hitler dengan
alasan yang mirip dengan para kelompok konspirasi lainnya yang menentang
Hitler. Elser sangat marah dengan semakin meningkatnya totaliterianisme yang
dibawa NAZI ke kaum buruh Jerman. Meski banyak kelompok-kelompok konspirasi
yang menentang Hitler, namun Elser tidak ada hubungannya dengan salah satu dari
kelompok itu.
Setelah
dalam pengamatan itu, Elser berkesimpulan, bahwa cara terbaik untuk membunuh
diktaktor itu adalah dengan menyelundupkan bom waktu kedalam gedung itu.
Memasangnya di dalam pilar dan meledakkannya ketika Hitler berpidato. Lalu
selama 8 bulan berikutnya, Elser secara hati-hati mengumpulkan perkakas dan
membuat bom waktu yang seakurat mungkin. Perangkat bomnya mencangkup 50
kilogram peledak high-explosive, enam system gerakan jam, kabel, batere 6 volt.
Seluruh perangkat itu dia masukan kedalm casing peluru artileri 180 mm dari
kuningan yang entah dari mana ia bisa mendapatkannya. Tanggal 5 Agustus 1939,
Elser tiba di Munich guna memulai misinya itu. Setiap malam, beberapa menit
sebelum 23.30 ia bersembunyi di galeri Burgerbraukeller menunggu sampai gedung
tutup dan mematikan semua lampunya.
Herbert
Mason memaparkannya dengan detail:
Bekerja dengan penerangan minim
dari lampu senter yang diselimuti sapu tangan biru, Elser dengan hati-hati
mempreteli papan penghias dinding yang mengelilingi panel empat persegi panjang
penutup kolom. Hati-hati pula ia mengebor satu lubang disatu sudut atas panel
kayu dan memasuki gergaji khusus pembuat lemari. Dengan hati-hati Elser mulai
memotong serta membuang panel tersebut. Ia bekerja selama 3-4 jam, lalu
membersihkan bukti-bukti kegiatannya sebelum tidur dikursi. Ia hanya
menggergaji beberapa millimeter, mengganti papam penghias dinding, memunguti
serbuk gergaji. Namun semua itu tidak merontokan kesabarannya. Ia menghabiskan
3 malam hanya untuk mencopot panel.
Jejak kerja modifikasinya tidak
bisa dideteksi… Ia mengikis pengekang dan bagian rongga dalam sekaligus,
memakai palu dan pengebor baja manual dari berbagai diameter. Setiap hantaman
bergema di pukulan lebih keras dari
biasanya, ia menanti suara rebut dari seberang jalan untuk menutupi suara
hantamannya. Karena ia bekerja sebelum subuh, tidak jarang ia harus menunggu
lama sebelum menghantamkan palu.
Bukan
tanpa perhitungan, Elser menggunakan dua jam alarm untuk timer bom rakitannya.
Satu ia rangkaikan dengan perangkat pemicu cadangan, yang akan bekerja bila
pemicu utama gagal. Pada system itu ia memasangkan system batang dan roda gigi
yang jika dinyalakan akan bergerak akurat waktunya. Pada hari Kamis, 2
November, Elser mulai memasang bahan peledak dan detonator didalam kolom. Dua
hari berikutnya ia mencoba pewaktu untuk terakhir kalinya, dan alat itu bekerja
tanpa cacat. Senin, 6 November, ia mulai merangkai dan mengaktifkan perangkat
mautnya. Pukul 06.00 pagi pewaktu mulai dinyalakan, bom akan meledak tepat 63
jam, 20 menit kemudian, yakni tepat pada hari kamis 8 November jam 21.20.
Dinihari Rabu, sekali lagi ia datnag ke Burgerbreukeller untuk memastikan bom
waktunya masih bekerja. Detik jam terdengar, pertanda semua bekerja lancar.
Setelah memastikan semuanya lancar lalu Elser pergi meninggalkan Jerman menuju
Swiss. Jika semua berjalan sesuai rencana, maka bom itu akan meledak ketika
Hitler tengah berpidato dan akan mencabi-cabik tubuh sang diktator itu.
Namun
semua itu sia-sia, Hitler menyelesaikan pidatonya lebih cepat dari biasanya,
dan meninggalkan aula dengan segera setelah selesai berpidato. Delapan menit
setelah Hitler pergi meninggalkan aula itu, ledakan keras berdentum,
menghancurkan pilar dan karena kuatnya ledakan, hamper seluruh langit-langit
ambrol. Tidak diragukan lagi, bila saja Hitler meneruskan pidatonya seperti
yang biasa, maka tubuh Hitler akan sulit dikenali. Entah takdir atau memang
insting Hitler yang mendorongnya untuk lebih cepat meninggalkan aula itu dari
yang biasanya. Dan sebenarnya kejadian ini hanyalah salah satu dari lolosnya
Hitler dari aksi-aksi kelompok konspirasi yang ingin mencoba membunuhnya.
Lalu,
Elser sendiri gagal mencapai Swiss, ia ditahan oleh pengawal perbatasan tidak
sampai 100 meter dari perbatasan Swiss-Jerman. Setelah dipaksa menunjukan isi
sakunya, polisi menemukan sejumlah benda yang mencurigakan, pegas jam, roda
gigi kecil, detonator alumunium kecil, dan kartu pos bergambar
Burgerbreukeller. Meski interogasi berkepanjangan, Gestapo percaya pada
pengakuan Elser bahwa dirinya adalah pelaku tunggal. Anehnya, meski Elser yang
telah jelas bersalah, tidak dieksekusi langsung. Ia hidup hingga akhirnya
pemimpin besar SS Heinrich Himmler memerintahkan eksekusi Elser hanya sekitar 2
pekan sebelum perang di Eropa berakhir. Elser diduga kuat menjalani aksinya
atas sepengetahuan Himmler dan Reinhard Heydrich yang sangat diuntungkan dengan
upaya Elser.
Dalam
kisah ini, saya yakin apa yang tertulis dibagian akhir pada paragraph diatas
memang ada benarnya. Meskipun Elser mengaku sebagai pelaku tunggal dan tak ada
sangkut pautnya dengan kelompok-kelompok konspirasi lainnya yang membenci
Hitler. Namun yang masih mengganjal adalah bagaimana Elser mendapatkan
bahan-bahan peledak dan keahlian merakit bom. Dalam membongkar pilar saya
singkirkan keraguan ini, karena Elser memang seorang tukang kayu, dan dia juga
seorang pembuat jam yang tentunya saya juga percaya dia ahli dalam pembuatan
timer. Namun apa pembuatan bom itu hanya masalah timer saja? Lalu dari mana
Elser belajar pembuatan bom itu? Belum lagi bahan-bahan peledak, yang dalam
kasus ini ledakannya bukanlah ledakan biasa, tapi ledakan yang sangat kuat.
Tapi selalu ada kemungkinan pula bila Elser benar-benar bekerja sendiri, dan
saya belum bisa berspekulasi dalam hal ini. Mungkin dalam kesempatan lain saya
akan mencoba mencari tau tentang hal-hal lain yang menarik tentang Georg Elser
dalam upayanya membunuh Hitler. Lebih lanjut saya mempersilahkan pembaca
menarik kesimpulan masing-masing atas kejadian diatas.